|
Nirwanfilez sedang melihat mayat mutilasi (replika) |
Salah satu wisata eduksi di kota Surabaya adalah museum
Etnografi, museum ini berlokasi di Universitas Airlangga (Unair) kampus B, Jalan
Dharmawangsa, Kota Surabaya letaknya tepat di depan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik. Kenapa Nirwanfilez kesini, dari informasi yang dihimpun museum ini
berbeda dengan museum-museum lainnya di Indonesia atau bahkan dunia. So.. demi
memberikan informasi yang menarik untuk Subscribers Nirwanfilez maka saya
bela-belain ke museum ini. Mengapa tidak, museum ini mengusung tema kematian. Tempat
ini menyimpan bukti-bukti prosesi unik ritual kematian dari beberapa suku yang
ada di Indonesia. Mulai dari tulang replika hingga tulang asli dan informasi
seputar budaya pemakaman serta kematian di Indonesia, semuanya tersaji di
museum ini. Kabarnya, satu-satunya museum terunik di Indonesia.
Untuk melihat isi dalam Museum Etnografi klik disini:
Nirwanfilez
Sejarahnya, museum dipelopori oleh dua orang
sahabat yang sama-sama menekuni ilmu antropologi. Mereka adalah Dr. drg. A. Adi
Sukada, ahli antropologi budaya dan Prof. Dr. Habil Josef Glinka, SVD, ahli
antropologi ragawi yang ingin menyatukan teori dari kedua bidang ilmu ke dalam
suatu pusat kajian (museum). Kemudian muncullah sebuah konsep dari perpaduan
antara antropolgi budaya dan antropologi ragawi, maka lahirlah tema yang
berhuubungan erat seputar kematian. Antropologi ragawi menjelaskan apa yang
terjadi pada raga saat kematian terjadi.
|
Orang akan mati sesuai dengan kebiasaannya |
Saat diresmikan pada 25 September 2005 museum ini bertujuan
untuk kepentingan pendidikan mahasiswa jurusan Antropologi Universitas Airlangga.
Umumnya digunakan sebagai tempat menyimpan barang-barang temuan hasil
penelitian jurusan antropologi.
Koleksi yang ada dalam museum ini di dapat dari
mahasiswa yang melakukan praktik kerja lapangan (PKL). Selain itu, sebagiannya ada
juga dari beberapa dosen dan tokoh yang concern terhadap ilmu antropologi dan
juga hibah kepolisian.
Tahun 2015 museum ini mendapatkan dana hibah dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebanyak Rp2 milliar,
tempat ini direnovasi menjadi sarana rekreasi dan tempat belajar tentang
kematian. Tempat yang dulunya cuma ada dua ruangan, storage dan satunya ruangan
etalase saja setahun kemudian, tahun 2016 museum ini diresmikan dengan wajah
baru bertemakan kematian.
Timbul pertanyaan kenapa temanya kematian? Karena
jurusan Antropologi Unair ada dua peminatan, yaitu ragawi dan budaya. Nah tema
kematian ini berisikan di antara keduanya, jadi kematian di sini kami bahas
sebagai budaya dan segi keilmuannya.
Museum ini terbuka untuk umum dari hari Senin
sampai dengan Jumat. Selain menyajikan informasi seputar kematian, museum ini
juga memiliki kegiatan edukasi berupa bone class untuk siswa-siswa SMP dan SMA.
Para pengunjung tidak dikenakan biaya alias semuanya gratis. Tetapi jadwalnya
masih seperti jam operasional kampus, buka pukul 10.00 dan tutup pukul 16.00
WIB. Museum ini juga mengadakan kelas dan pelatihan-pelatihan untuk mengenali
tulang-tulang manusia.
Bangunan museum ini hanya memiliki satu lantai
dengan lima ruangan ditambah satu aula. Setiap ruangan memiliki infografis dan
replika tulang masing-masing. Untuk menambah daya tarik para pengunjung, museum
ini menunjukkan koleksi tulang-belulang aslinya di ruangan depan. Mengusung
konsep perpaduan dengan teknologi sehingga tidak hanya menyajikan koleksi
tengkorak, prosesi kematian dan replika murni anda juga disajikan berupa
infografis tentang kematian bertujuan untuk menarik minat pengunjung agar membaca
informasi di dalamnya. Infografis yang ditampilkan pun beragam warna dan
topiknya, seperti tentang prosesi pemakaman termahal, seputar indigo, tentang
hantu, dan masih banyak lagi.
|
Mayat yang didudukkan dibawah pohon (replika) |
Setelah melihat mayat bayi yang dimasukkan dalam
pohon, ritual budaya suku Toraja, Ma’ Nene’ dan mayat yang diletakkan di depan
rumah. Para pengunjung kemudian diarahkan untuk memasuki ruang berikunya yaitu lorong
gelap yang menampilkan replika manusia di dalam kuburan menambah suasana angker
dengan mendengar musih horor. Selanjutnya, pengunjung bisa menyaksikan berbagai
model kuburan dalam kebudayaan Indonesia.
Terdapat juga space yang menampilkan kuburan dan replika
korban mutilasi yang digali kembali untuk kepentingan otopsi. Di sudut tersebut
berjajar prosedur otopsi pada mayat korban yang juga menampilkan data real
tentang kejadian yang pernah terjadi. Museum ini diperkirakan mampu menampung
hingga 100 pengunjung.
Museum etnografi ini telah meraih penghargaan
Anugerah Purwakalagraha Indonesia Museum Awards 2018, bersama 435 museum yang
lain. Dan Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian Unair ini menjadi
satu-satunya museum terunik di Indonesia.
Referensi:
www.humas.surabaya.go.id
www.jatim.idntimes.com
0 Comments